12 Juli 2023

Project S Berdampak Pada UMKM, Sarmuji Bakal Panggil Tiktok

Berita Golkar - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Sarmuji turut menyoroti 'Project S' dari TikTok, yang dikhawatirkan Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki bisa memberikan dampak negatif terhadap UMKM dalam negeri. Sarmuji mengatakan pihaknya bakal memanggil Kemenkop hingga TikTok terkait 'Project S'.

"Jika diperlukan, manajemen TikTok bisa saja kita panggil untuk melindungi UMKM kita. Tapi yang lebih awal kita panggil adalah Kementerian Koperasi dan UMKM untuk mendapatkan penjelasan apa yang akan dilakukan untuk mengantisipasi 'Project S TikTok' atau ancaman sejenis," kata Sarmuji saat dimintai konfirmasi, Rabu (12/7/2023).

Sarmuji mengaku khawatir program seperti 'Project S' juga ada di aplikasi selain TikTok. Dia meminta pemerintah dan UMKM mengantisipasi hal itu.

Baca Juga: Dyah Roro Esti Apresiasi Kinerja PLN Dalam Atasi Oversupply Listrik

"Kita mengkhawatirkan jangan-jangan nanti bukan hanya TikTok yang punya program seperti ini. Bisa jadi aplikasi yang lain juga membuat hal serupa sehingga perlu antisipasi dari pemerintah," ujarnya.

Project S TikTok merupakan proyek dari aplikasi video pendek asal China itu untuk memperluas penawaran retail online mereka dengan produk mereka sendiri melalui TikTok Shop. Barang-barang yang diiklankan lewat 'Project S' merupakan barang yang dikirim dari China.

Barang-barang itu dijual oleh perusahaan yang terdaftar di Singapura. Nah, perusahaan penjualnya itu sebenarnya merupakan milik induk TikTok asal China, ByteDance.

Project S TikTok Disorot Menkop Teten

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki sudah bicara soal ancaman dari Project S TikTok terhadap UMKM dalam negeri. Dia mengatakan ancaman itu berupa makin mudahnya produk asing masuk ke Indonesia sehingga produk UMKM lokal kalah saing.

Teten awalnya bicara soal 21 juta UMKM dalam negeri yang sudah terhubung dengan ekosistem digital. Namun, menurut dia, sebagian produk yang dijual di marketplace merupakan produk impor.

"Meskipun UMKM kita sudah 21 juta yang terhubung ke ekosistem digital, sudah on boarding di marketplace, tapi sebagian produk yang dijual itu adalah impor. Karena kita harus tahulah, produk UMKM itu kan memang daya saingnya rendah ya, kualitas, dan lain sebagainya. Selain memang banyak produk juga yang memang dibutuhkan konsumen, tapi belum ada di dalam negeri," ujar Teten setelah menghadiri pendidikan antikorupsi di gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa (11/7).

Baca Juga: Meutya Hafid Apresiasi Terobosan Divisi Propam Polri Buka Layanan WA Yanduan

Dia kemudian menyinggung Project S TikTok yang menurutnya harus diwaspadai. Dia mengatakan TikTok menggabungkan media sosial dengan e-commerce sehingga bisa membaca dengan mudah kebiasaan pengguna dan merekomendasikan produk yang sesuai keinginan penggunanya.

"Lalu saya lihat Project S TikTok misalnya di Inggris, itu perlu kita waspadai. Karena ini betul-betul, TikTok ini menggabungkan antara media sosial dengan e-commerce," ucapnya.

"Orang belanja di e-commerce itu biasanya dipengaruhi oleh perdebatan perbincangan di dalam media sosial. Lalu dia membelinya di e-commerce. Nah kalau sekarang algoritmanya, ini canggihlah algoritmanya ini sudah bisa mengarahkan, dan tahu consumer behavior di market digital kita sehingga dia bisa memberikan informasi kepada produsen UMKM di China yang mau masuk ke Indonesia, sehingga ini suatu ancaman, karena itu ancaman bagi UMKM. Kita sudah perdagangan bebas, tapi saya kira setiap negara juga perlu melindungi UMKM, jangan sampai kalah bersaing," sambung Teten. (sumber)

fokus berita : #Sarmuji