Soal RUU Perampasan Aset, Lodewijk Paulus: Masih Ada Proses Politik Antar Fraksi
20 Juni 2023
Berita Golkar - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengirimkan Surat Presiden (Surpres) terkait Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perampasan Aset sejak awal Mei 2023. Namun hingga kini Surpres tersebut belum kunjung dibacakan dalam Rapat Paripurna DPR RI.
Terkait hal tersebut, Wakil Ketua DPR Lodewijk F Paulus mengungkap bahwa masih ada proses politik antarfraksi yang masih berjalan, sehingga belum juga dibacakan.
"Itukan ada proses secara politik di antarfraksi masih berjalan," kata Lodewijk kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (20/6/2023).
Oleh karena itu kata Lodewijk, setelah selesai proses politik di tingkat fraksi dan diputuskan secara bulat, barulah diserahkan ke pimpinan DPR. "Sehingga mereka setelah bulat baru sampai ke kami-kami pimpinan," ujarnya.
Baca Juga: Ace Hasan Desak Negara Hadir dan Bertanggung Jawab Atas Kesejahteraan Lansia
Saat ditanya lebih detail mengenai proses politik antarfraksi, Lodewijk mengaku tidak tahu, karena itu proses di fraksi. Kalau di Golkar sendiri, masih menunggu arahan dari Ketua Fraksi Golkar Kahar Muzakkir dan akan dilaporkan ke Ketua Umum (Ketum) DPP Golkar hasilnya.
"Ya kita menunggu aja ketua fraksi, nanti akan dilaporkan ke pada ketum hasilnya seperti apa," terang Lodewijk. Terkait sikap Golkar, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Golkar ini mengaku bahwa Fraksi Golkar masih berproses, yang pasti fraksinya tidak bisa bersikap sendirian.
"Belum (ada keputusan Golkar), lagi berproses saya belum tahu apakah bagaimana, kita tunggu karena kita enggak bisa sendirian," tandasnya.
Sementara itu Ketua DPR Puan Maharani mengatakan, DPR bersama pemerintah saat ini tengah fokus melakukan rapat pembahasan anggaran untuk 2023 ini. Sehingga, masalah RUU Perampasan Aset harus ada mekanisme yang harus dilakukan, tidak bisa serta merta dilakukan.
Baca Juga: Airin Rachmi Diany Tekankan Pentingnya Perlindungan Anak Dari Eksploitasi Seksual, Kekerasan, dan Pornografi
"Terkait hal-hal yang lain tentu saja ada mekanismenya yang di DPR harus dilakukan, jadi enggak bisa sakdet saknyet (serta merta) kalau orang Jawa tuh, hari ini ada berita, hari ini sepertinya suratnya ada, kemudian itu harus (dibahas)," kata Puan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Karena ada mekanisme-mekanisme yang harus dijalankan, Puan menjelaskan, hal tersebut nantinya kalau berjalan sesuai aturan, mekanisme, tata tertib dan lain-lain yang berlaku di DPR. Jadi, Puan meminta semua pihak untuk bersabar, bukan berarti belum dibacakan surpresnya lantas tidak akan dilakukan oleh DPR.
"Ini tetap kami lakukan dan kami jalankan namun sesuai mekanismenya, ada prioritas-prioritas tertentu yang memang kami dahulukan," ungkapnya.
"Karena ya sekarang ini teman-teman DPR banyak kegiatan di dapil, kegiatan bertemu dengan konstituen dan sebagainya jadi memang membutuhkan satu hal mekanisme yang harus dijalankan bersama sama, jadi sabar," tambah Puan.
Terkait maraknya pencucian uang, Puan menuturkan, DPR mengakui bahwa hal tersebut penting, tetapi DPR juga menyepakati bahwa segala sesuatunya harus segera diselesaikan, dengan tetap menunggu masukan dan tanggapan dari masyarakat, serta-hal-hal lain yang perlu juga dicermati oleh DPR.
"Jadi jangan melakukan satu pembahasan itu dengan terburu-buru, kemudian enggak sabar, kemudian hasilnya enggak maksimal," tutup Puan. (sumber)
fokus berita : #Lodewijk Paulus