16 Mei 2023

Ada Pergeseran Nilai, Bamsoet Ingatkan Ancaman Dekadensi Moral Anak Muda Bangsa

Berita Golkar - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan derasnya arus teknologi informasi yang telah menjejali benak dan pemikiran anak bangsa dengan berbagai nilai-nilai baru. Sayangnya, tidak semua nilai-nilai baru tersebut selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia.

Menurut Bamsoet, tidak semua penerima informasi tersebut juga memiliki literasi dan keadaban digital yang pandai untuk memilah dan menyaring informasi yang masuk.

Ia melanjutkan mengutip data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia telah mengungkapkan tingkat penetrasi internet di Indonesia tergolong tinggi. Sepanjang tahun 2022-2023, tingkat penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19 persen, atau sekitar 215,6 juta jiwa.

"Perpaduan dua variabel, antara rendahnya literasi dan keadaban digital dengan tingginya tingkat penetrasi internet inilah yang kemudian berpotensi memicu lahirnya berbagai persoalan. Misalnya, pada triwulan I tahun 2023 saja, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah mengidentifikasi sebanyak 425 isu hoax yang beredar di website dan platform digital. Di sinilah pentingnya kehadiran institusi yang mengajarkan pendidikan akhlak, seperti halnya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aqidah Al-Hasyimiah Jakarta," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Selasa (16/5/2023).

Baca Juga: Adam Rusydi Optimis Partai Golkar Sidoarjo Bisa Raih 12 Kursi Legislatif di Pemilu 2024

Hal ini ia sampaikan saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bersama Badan Eksekutif Mahasiswa NU se-Nusantara di STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiah Jakarta, Selasa (16/5).

Bamsoet melanjutkan memudarnya identitas dan karakter kebangsaan dapat dirasakan ketika peradaban dan nilai-nilai kearifan lokal seperti gotong royong, adab sopan santun, semakin tergeser oleh gaya hidup hedonis, individualis, egois dan pragmatis. Tradisi dan nilai luhur budaya bangsa, juga dianggap kuno dan membosankan. Sedangkan, di saat yang bersamaan, nilai-nilai budaya asing justru dianggap lebih maju dan modern.

"Tumbuhnya paham radikalisme sebagai konsekuensi dari pemaknaan sempit dan tidak kontekstual terhadap ajaran agama, juga mulai merasuk pada generasi muda bangsa. Dalam perspektif yang lebih luas, tindakan radikal dan teror kepada rakyat, juga dilakukan oleh kelompok kekerasan bersenjata dalam bentuk gerakan separatisme," terang Bamsoet.

Menurut Bamsoet, dekadensi moral generasi muda bangsa dapat dilihat dari beberapa kasus kejahatan yang melibatkan pelaku anak. Semisal, ketika anak-anak melakukan penganiayaan di luar batas perikemanusiaan, hingga menyebabkan korban meregang nyawa.

Baca Juga: Setop Polemik Tembakau, Yahya Zaini Usul Dibuat Aturan Terpisah Dari RUU Kesehatan

Bamsoet juga kembali memaparkan data dari SETARA Institute yang mengungkapkan sikap intoleransi dalam kehidupan beragama sepanjang tahun 2022 terungkap ada 175 peristiwa dan 333 tindakan pelanggaran kebebasan beragama yang terjadi di masyarakat.

"Dalam rangka mewujudkan harmoni dan menjaga keserasian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setiap elemen masyarakat harus memiliki wawasan kebangsaan yang memandang diri dan lingkungannya sebagai satu ekosistem lingkungan. Saling menghormati dan saling bekerja sama. Karena sebagai makhluk sosial, hidup berdampingan adalah fitrah kemanusiaan," pungkas Bamsoet.

Sebagai informasi, dalam kegiatan tersebut hadir antara lain Rektor STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiah Jakarta Muslihan Habib, Presidium Nasional BEM Perguruan Tinggi NU Se-Nusantara, Wahyu Al Fajri, Ketua Yayasan YADAI Jamaluddin F Hasyim, serta Pembina Yayasan Da'wah Syiarul Islam Sulaiman Haikal. (sumber)

 

fokus berita : #Bambang Soesatyo