Di Forum PBB, Ridwan Kamil Bahas Alat Bantu Penanganan Gempa Toponimi
04 Mei 2023
Berita Golkar - Menjadi salah satu pembicara dalam forum United Nations Group of Experts Geographical Name (UNGEGN) di New York, AS, 2 Mei lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbicara tentang penggunaan toponimi sebagai alat bantu manajemen penanganan gempa bumi di Kabupaten Cianjur.
Toponimi merujuk pada ilmu bahasa yang membahas asal usul penamaan tempat, wilayah, atau bagian lain dari rupa bumi. "Tahun lalu provinsi kami dianugerahi oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) sebagai provinsi terprogresif dalam menciptakan big data toponimi dengan pedoman internasional yang menargetkan 5 juta data digital," kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu, dalam keterangannya, Kamis, 4 Mei 2023.
Ridwan Kamil mempresentasikan paparan berjudul “Toponym Usage in Response to the Earthquake Disaster in Cianjur Regency” di dalam salah satu sesi forum UNGEGN. Ia memaparkan tentang penggunaan toponimi sebagai alat bantu dalam percepatan penanganan gempa bumi di Cianjur yang terjadi 21 November 2022. Gempa tersebut menewaskan 602 orang, mengakibatkan 20 ribu rumah rusak berat, dan 114 ribu orang mengungsi.
Ridwan mengatakan pemerintah provinsi menyusun penamaan rupa bumi menggunakan standar penamaan dengan pendekatan toponimi. Ia mengklaim dengan pendekatan toponimi tersebut sekaligus melestarikan banyak tradisi oral dalam mengembalikan kearifan lokal, cerita rakyat, serta sejarah.
Baca Juga: Misbakhun Dukung Peran Satgas TPPU Usut Tuntas Transaksi Mencurigakan Rp.349 Triliun Kemenkeu
Informasi toponimi tersebut digunakan dalam manajemen lahan yang lebih baik, membuat pengembangan dan perencanaan pedesaan lebih baik, serta memberi perlindungan pada sumber daya alam. Selanjutnya tantangannya ada pada transformasi digital informasi tersebut.
“Tantangan terbesar adalah transformasi dari manual ke digital. Kami berhasil menjawab tantangan itu dengan mengoordinasi 27 kabupaten/kota untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama," ujarnya.
Ridwan Kamil mengatakan, yang pertama dibutuhkan dalam penanganan gempa Cianjur adalah data. Salah satu data yang dipergunakan adalah data toponimi. Berbekal data tersebut, otoritas dapat mengecek kerusakan yang terjadi, logistik, lokasi kantor polisi terdekat, markas tentara, serta lokasi aman untuk evakuasi sementara.
“Sebagai Gubernur saya mencoba untuk melakukan asesmen mendalam atas kerusakan yang ditimbulkan gempa, lalu mencari sumber daya untuk melakukan evakuasi penyelamatan dengan cepat," kata Ridwan Kamil.
Baca Juga: Gencar Komunikasi Dengan Partai Lain, Upaya Partai Golkar Lepaskan Diri Dari Bayang-Bayang PDIP
Dia mencontohkan, lokasi yang menjadi episentrum gempa Cianjur tersebut berada di Kampugn Cieundeur di Kecamatan Warungkondang. Lokasinya berjarak 15 kilometer dari Gunung Gede dan berada di sebelah timur Sesar Cimandiri. “Sebagai contoh, jadi episentrum gempa bumi Cianjur, kampung bernama Cieundeur. Dalam bahasa Inggris ‘'eundeur’ adalah 'bergetar' atau 'bergoyang'," kata Ridwan.
Dalam tulisan peneliti Kelompok Riset Cekungan Bandung T. Bachtiar menyebutkan gempa di Ciendeur pernah diberitakan di koran-koran Belanda terjadi pada 1844, 1859, 1879, bahkan pada 1747-1748 ketika Gunung Gede meletus hebat.
Masyarakat Kampung Cieundeur telah memiliki kesadaran akan gempa bumi. “Sejarahnya, masyarakat lama di area itu telah menamai daerah mereka sesuai dengan seringnya gempa yang terjadi," kata Ridwan.
Data rupa bumi yang digali dari toponimi tersebut dikompilasi dalam aplikasi Sistem Informasi Rupabumi atau Sinar. Dengan aplikasi tersebut, distribusi bantuan dan koordinasi situasi kedaruratan bisa dilakukan dengan lebih cepat.
Baca Juga: Bambang Hermanto Gelar Pendidikan Vokasi 3 In 1 Tingkatkan Kompetensi Masyarakat Indramayu
“Kami juga dapat membuat data berseri untuk mendistribusikan logistik, dengan mengombinasikan semua aspek koordinasi yang penting, menggunakan data toponimi yang sudah dimiliki," kata Ridwan Kamil.
Ridwan mengatakan toponimi yang berkembang di Jawa Barat merupakan sumber daya informasi yang berharga dalam manajemen kebencanaan. Ia mengapresiasi semua pihak yang telah berpartisipasi dalam menyusun toponimi yang dipergunakan dalam manajemen kebencanaan gempa Cianjur.
"Saya berharap di masa mendatang data nama geografis berdasarkan kearifan lokal dapat meningkat lebih praktikal lagi. Tidak hanya sebatas penamaan saja, tapi juga membantu pada pencapaian tujuan bersama," kata Ridwan Kamil. (sumber)
fokus berita : #Ridwan Kamil