Bukan Munaslub, Partai Golkar NTT Dukung Airlangga Hartarto Buka Opsi Poros Keempat di Pilpres 2024
14 Juli 2023
Berita Golkar - Wacana Munaslub Golkar yang diusulkan sejumlah senior partai mendapat tanggapan dari petinggi Golkar termasuk Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Tanggapan lain datang dari Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD Partai Golkar NTT, Frans Sarong.
Kata Frans, Munaslub Golkar bukan wacana yang dikehendaki. Sebab Partai Golkar saat ini tidak sedang dalam keadaan genting. Munas, Rakornas, dan juga Rapimnas sejauh ini tidak ada ruang untuk Munaslub.
"Munaslub itu bukan wacana yang dikehendaki karena Golkar kini tidak sedang dalam keadaan genting. Munas, rakornas dan juga rapimnas sejauh ini tanpa ruang untuk Munaslub. Golkar kini sedang dalam keadaan biasa saja," ungkapnya Frans saat dikonfirmasi Posflores melalui pesan Via WhatsApp, pada Jumat (14/07/2023).
Ia menambahkan, Munaslub terjadi bila ada permintaan atau persetujuan setidaknya 2/3 Dewan Pimpinan Daerah Provinsi Golkar se-Indonesia.
Baca Juga: Arif Fathoni Imbau Caleg Partai Golkar Kota Surabaya Optimalkan Medsos
"Apalagi ketentuan perlunya Munaslub itu tidak ringan. Sesuai ketentuan AD/ART-nya, pelaksanaan Munaslub harus atas permintaan atau persetujuan setidaknya 2/3 Dewan Pimpinan Daerah Provinsi Golkar se-Indonesia," tambahnya.
Golkar NTT, jelas Frans Sarong, lebih mendukung wacana terbentuknya poros baru antara Golkar dan PAN pada Pilpres 2024.
"Hanya saja melalui percakapan terbatas di lingkungan keluarga Golkar NTT belakangan ini mengemuka berbagai harapan. Di antaranya mendukung wacana terbentuknya poros baru yang memadukan Golkar dan PAN. Melalui poros baru itu diharapkan segera mengerucutkan pasangan AH -ZULHAS (Airlangga Hartarto - Zulkifli Hasan) sebagai Capres - Cawapres yang akan ikut berkontestasi pada pemilu 2024," harap mantan wartawan Kompas tersebut.
Diberitakan sebelumnya, wacana Munaslub Golkar mendapat penolakan keras dari Dewan Pakar Partai Golkar, Agung Laksono. (sumber)
fokus berita : #Frans Sarong