Manufaktur RI Makin Ekspansif, Agus Gumiwang Ungkap Penyebab Industri Tekstil Masih Merana
03 Juli 2023
Berita Golkar - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyoroti kinerja industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang tercatat masih loyo di tengah laju industri manufaktur yang kian ekspansif pada Juni 2023.
Kinerja positif industri manufaktur tercemin dari capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada Juni 2023 menyentuh level 52,5, naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya di level 50,3.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, industri TPT masih menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada Juni 2023. Menurutnya, masih lesunya industri tekstil disebabkan banyaknya produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri.
“Penyebab industri tekstil masih menderita karena pasar domestik dibanjiri produk impor, terutama yang masuk melalui PLB [Pusat Logistik Berikat[. Kemenperin meminta agar dilakukan pengawasan ketat atas barang keluar dari PLB yang masuk ke pasar domestik, serta terhadap marketplace yang juga merupakan pintu masuk produk tekstil impor,” tutur Agus melalui keterangan resmi, Senin (3/7/2023).
Baca Juga: Menpora Dito Ariotedjo: Fornas VII 2023 Momentum Perkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Dari sisi pertumbuhan, mengutip laman dataindonesia.id, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) dari industri tekstil dan pakaian jadi turun sebesar 0,07 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal I/2023, yakni mencapai Rp34,58 triliun, dibandingkan kuartal I/2022 sebesar Rp34,61 triliun.
Dilihat dari trennya, industri tekstil terus menunjukkan pertumbuhan sejak kuartal IV/2021 hingga kuartal IV/2022. Hanya saja, pertumbuhannya mulai melambat sejak kuartal III/2022 hingga akhirnya terkontraksi pada kuartal I/2023. Lebih lanjut, Agus mengatakan, Kemenperin melihat industri TPT dapat menikmati peluang pertumbuhan kinerja pada akhir kuartal II/2023 dan awal kuartal III/2023 ini dengan adanya momentum tahun ajaran baru sekolah.
"Hal ini diyakini mendorong dan membangkitkan industri TPT yang sedang tertekan," imbuh Agus. Melalui kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), dia berharap untuk pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian pegawai di pemerintah dapat meningkatkan aktivitas produksi di industri TPT untuk memenuhi permintaan tersebut.
Di sisi lain, Agus mengatakan bahwa meningkatnya PMI manufaktur Indonesia ke level 52,5 pada Juni 2023 menandakan tingkat optimisme dari para pelaku industri dalam negeri secara keseluruhan juga meningkat. Adapun, PMI manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampui PMI manufaktur Asean (51,0), Malaysia (47,7), Myanmar (50,4), Filipina (50,9), Taiwan (44,8), Vietnam (46,2), Jepang (49,8), China (50,5), Korea Selatan (47,8), Inggris (46,2), dan Prancis (45,5).
“Kenaikan PMI manufaktur Indonesia pada Juni sejalan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Industri [IKI] yang telah kami rilis sebelumnya, bahwa IKI di bulan Juni 2023 mencapai 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Angka ini juga merupakan yang paling tinggi sejak IKI dirilis November 2022 lalu,” tutur Agus.
Dia menegaskan, pemerintah telah meluncurkan Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Pada perayaan 100 tahun kemerdekaan nanti atau 22 tahun ke depan, Indonesia ditargetkan masuk dalam lima negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
“Kita ketahui industri manufaktur selama ini memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah bertekad untuk fokus menjalankan kebijakan-kebijakan strategis yang mendukung sektor industri seperti menjaga ketersediaan bahan baku dan energi, perluasan pasar, pengoptimalan produk dalam negeri, serta substitusi impor,” paparnya.
Merujuk data United Union Statistics Economics, Indonesia masuk dalam daftar 10 negara manufaktur teratas berdasarkan persentase kontribusi mereka terhadap output manufaktur global. Selain Indonesia, ada negara-negara maju lainnya, seperti China, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, India, dan Korea Selatan.
Agus juga menegaskan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, hilirisasi industri sebagai lompatan besar dalam membangun Indonesia ke depan. Hilirisasi merupakan proses meningkatkan nilai tambah suatu komoditas dengan mengolah atau memurnikan bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau produk jadi. Nilai jual produk turunan atau yang mengalami proses hilir akan semakin tinggi, dibandingkan dijual dalam bentuk bahan mentah.
“Kami fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, berbasis bahan tambang dan mineral, serta berbasis migas dan batubara. Secara bertahap, pemerintah terus melakukan penghentian ekspor bahan tambang mentah di antaranya bauksit, timah, hingga alumina,” imbuhnya. (sumber)
fokus berita : # Agus Gumiwang