25 Juni 2023

Jateng Ingin Pemimpin Muda! Pasangan Dico Ganinduto dan Gibran Unggul di Hasil Survei PPI

Berita Golkar - Lembaga Survei Parameter Politik Indonesia atau PPI baru-baru ini menggelar , survei elektabilitas calon gubernur Jawa Tengah di Pilkada 2024. Hasilnya, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menempati peringkat pertama, mengalahkan tokoh-tokoh lainnya.

Dalam simulasi pasangan calon gubernur (pilgub) Jawa Tengah , pasangan Gibran dengan Bupati Kendal Dico Ganinduto unggul telak atas pasangan lainnya.

Sebelumnya, pada survei yang dilakukan oleh Aksara Research and Consulting pada Januari 2023, hasilnya tidak jauh berbeda. Apakah ini sinyal masyarakat Jawa Tengah menginginkan pemimpin muda?

Pengamat politik yang juga Dosen FISIP Undip Wijayanto PhD mengatakan kemunculan tokoh muda yang dinilai layak ini terdengar seperti kabar baik.

Baca Juga: Pimpin PDK Kosgoro 1957 KBB, H. Erwin Siap Menangkan Partai Golkar di Pemilu 2024

Di tengah orang mencari gaya kepemimpinan dengan corak berbeda kini ditawarkan sosok alternatif. Namun sebelum jauh mencermati kehadiran maupun sosok Gibran dan Dico sebagai pemimpin muda, dirinya menangkap aspek lain yang tak kalah menarik.

Itu, keberadaan generasi Z dan kaum milenial yang secara nasional jumlahnya mencapai 60 persen dari angka pemilih dalam pemilu mendatang. Dirasakan juga pemilih muda di wilayah Jawa Tengah cukup banyak.

"Kemungkinan besar pemilih muda dan pemula banyak di Jateng,"kata peraih gelar doktor dari Leiden Institute for Area Studies,Leiden University,Belanda ini, Minggu (25/6/2023).

Menurutnya, Kondisi tersebut menarik karena gaya keberpihakan kaum muda terhadap sesuatu hal pasti berbeda. Terlebih mereka generasi kekinian yang lekat teknologi informasi dan kebiasaan elektronik.

Baca Juga: Luar Biasa! Hetifah Berikan Beasiswa PIP Untuk 19 Ribu Lebih Siswa Kukar

Alhasil konsep kepemimpinan di mata anak muda termasuk calon kepala daerah, tidak lagi sekadar mendengungkan slogan merakyat, baik hati, populer dan seterusnya.

Lebih dari itu, tuturnya dilihat juga rekam jejak digital, berbagai aksi nyata, maupun hasil pemikiran calon untuk keberhasilan sesuatu hal.

Pada aras ini kebiasaan digital Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka banyak menyedot perhatian. Dia responsif menerima kritik, saran, dan masukan masyarakat.

"Wali Kota Gibran menjawab secara pribadi keluhan yang disampaikan oleh warga. Ini semacam terobosan terbuka dalam pelayanan publik," tutur Direktur Pusat Media dan Demokrasi Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Jakarta tersebut.

Baca Juga: Kalahkan Gibran, Fadia Arafiq Jadi Kepala Daerah Terkaya di Jawa Tengah

Menurutnya, berbagai persoalan yang muncul akhirnya mudah terurai. Dimulai dari kondisi jalan rusak, persoalan birokrasi dan lainnya.

Melihat rekam jejak semacam ini peluang Gibran menarik simpati kaum milenial sangat besar. Sepak terjang dan aktivitasnya yang mudah terpantau.

Terlihat dari berbagai respon dan cuitannya di twitter, dijamin mempengaruhi ekspektasi kaum muda. Itu pun, seandainya para kaum muda ini, esok atau lusa, berkesempatan maju dalam kontestasi Pilkada Jawa Tengah.

Jejak langkah positif akan membekas pada pemilih pemula. Nantinya kemungkinan besar dipakai menentukan pilihan di balik bilik suara. Sebaliknya tanpa meninggalkan rekam jejak yang baik,responsif,terbuka atau antikritik akan bisa menjadi persoalan besar.

Baca Juga: Ridwan Kamil Umumkan Tiket Kereta Cepat Jakarta Bandung Gratis Selama 3 Bulan

Pastinya akan dijauhi warganet yang boleh jadi kebanyakan kaum muda diasumsikan umur 17-40 tahun, serta lekat budaya digital.

Pada bagian ini, ujarnya Gibran maupun Dico dengan menguasai komunikasi yang responsif di dunia maya, memiliki kans tinggi melenggang ke Jalan Pahlawan Kota Semarang.

Ungkapan ini untuk menggambarkan nantinya mereka dapat berkantor di gedung gubernur yang berada di jantung Kota Lumpia.

Pendapat yang disampaikan itu akhirnya dapat dijadikan landasan menjawab beragam pertanyaan. Sebagaimana halnya dengan apakah bisa disimpulkan jika masyarakat Jawa Tengah menginginkan pemimpin muda merujuk hasil survei dua lembaga tersebut.

Baca Juga: Jajaran Kepala Daerah Terkaya di Jawa Barat, Ada Anne Ratna Mustika Hingga Marwan Hamami

''Atau pertanyaan yang lebih spesifik terkait komposisi pemilih yang didominasi kelompok usia muda?''

''Lalu juga bagaimana dengan pertanyaan tentang hasil survei ini, apakah akan bertahan sampai pelaksanaan Pilgub Jateng pada 27 November 2024? Juga apa saja faktor yang mempengaruhinya.''

Wijayanto lugas memberikan jawaban menohok.

Dua tokoh muda yang kini salah satunya menjabat wali kota, dan lainnya adalah bupati itu dikenal memiliki mesin politik kuat. Mereka juga masih menjabat sebagai pemimpin daerah dengan sistem hirarki di dalam tubuh birokrasi yang begitu kokoh.

Dari sisi kendaraan politik mereka tentu akan mendapatkan dukungan kuat dari parpol masing-masing. Apalagi melihat kemungkinan prestasi yang ditorehkan.

Baca Juga:  Airlangga Hartarto Ungkap Persiapan Pemerintah Capai Target Emisi Nol di 2060

Jadi, jika tidak ada resistensi masyarakat dan mereka tetap bisa menjalin komunikasi dengan baik,hasil survei masih akan tinggi.

"Meski juga mesin birokrasi pemerintahan tidak boleh dipakai alat politik, tapi setidaknya menjadi nilai tambah dari segi jejaring dan lainnya," tegasnya.

Dia juga memberikan catatan mengenai politik dinasti yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan awam. Sebab tak bisa dipungkiri poisi Gibran yang merupakan putra Presiden Joko Widodo pada akhirnya dianggap bagian dari model semacam itu.

Demikian juga Dico anak dari pengusaha Dito Ganinduto yang menjadi anggota DPR dari partai Golkar, 2004-2009 dan 2009-2014.

Baca Juga: Acara Duta Golkar Bondowoso Efektif Tarik Pemilih Dari Kalangan Generasi Muda

Alumnus S-1 dan S-2 Undip ini pun sepenuh hati menyampaikan tantangan kepada kaum muda itu atas stigma publik yang begitu melekat.

Bisakah, Gibran maupun Dico, menjawab persoalan tersebut dengan lebih banyak menciptakan prestasi. Alasannya juga karena pentingnya pembuktian di Indonesia, apabila rumusan tentang politik kekeluargaan tidak selamanya harus dipandang negatif.

''Perlu kiranya kaum muda ini,terlepas merasa terganggu atau tidak dengan isu semacam tersebut, menunjukkan aktivitas sebagai pemimpin masa depan yang ideal.''

''Mereka harus bisa menunjukkan keteladanan.''

Baca Juga: 8 Tahun Berturut Sahbirin Noor Terima Penghargaan K3 Terbaik Dari Kemnaker RI

Hendi

Sementara itu tak cukup memperbincangkan peluang kaum muda, Wijayanto memberikan pendapat mengenai kesempatan untuk para tokoh senior seperti Gus Yasin, Hendar Prihadi, dan Gus Yusuf.

Mampukah mereka mengejar elektabilitas Gibran di sisa waktu yang ada? Sebab untuk membicarakan para tokoh senior memang harus dilihat dari berbagai aspek, dan sudut pandang.

Tapi pastinya mereka tetap memiliki peluang, terlihat peran yang ditunjukkannya untuk masyarakat luas. Berbagai kebijakan yang dibuat mantan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, bahkan hingga kini dirasakan besar dampaknya.

Wijayanto yang lama tinggal di Ibu Kota Jakarta, mukim di Belanda, dan mengajar di Kota Semarang merasakan betul kebijakan Hendrar Prihadi selama menjabat wali kota.

Infrastruktur Kota Semarang dibangun dengan baik, menjadikan wilayah ini terasa nyaman terutama dari sisi transportasi yang tertata.

Baca Juga: Buntut Pria BAB di JPO Semanggi, Basri Baco Sindir ‘Jakarta Sejajar Kota Besar Dunia’

Angka kemacetan di Semarang juga tidak terlalu tinggi dibandingkan Jakarta, Bandung, atau Surabaya. Sayangnya, mantan wali kota yang akrab disapa Hendi itu kini lebih banyak berkiprah di Jakarta.

Situasi ini sedikit banyak membuat memori keberhasilan kebijakan yang dilaksanakannya mulai berkurang. Meski tentunya tidak akan benar-benar hilang dibenak masyarakat Kota Semarang.

Lalu untuk Gus Yasin sebagai wakil gubernur, sepertinya juga masih kalah populer dengan pendampingnya,gubernur dua periode Ganjar Pranowo.

Sebagai orang nomor dua di pemerintahan Jateng, terkesan kurang leluasa membangun citra politik. Di sisi lain tokoh sekelas Gus Yusuf yang dilihat belum pernah masuk ke jajaran birokrasi.

''Tentu ini tidak mudah untuk membuat langkah menyabet dukungan pihak lain,'' katanya. Wijayanto menyampaikan ilustrasi bagaimana penjenjangan karir politik para kepala daerah.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Minta Pemda Tingkatkan Jumlah Penyaluran KUR

Sebut saja Presiden Joko Widodo yang pernah menjabat Wali Kota Surakarta dan berlanjut ke tampuk Gubernur DKI. Kemudian rekam jejak Ridwan Kamil dari Wali Kota Bandung menuju Gubernur Jabar. Kini disusul Ganjar Pranowo dari Gubernur Jateng masuk bursa bakal calon presiden.

Yang pasti Wijayanto menggarisbawahi kiteria yang dibutuhkan menjadi pemimpin Jawa Tengah periode 2024-2029. Kepala daerah Jateng perlu sosok yang tangguh dan unggul. Banyak pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan menjawab ragam ekpekstasi publik.

''Dimulai seperti pengentasan kemiskinan, banjir dan rob.'' ujarnya. Lalu juga masalah urbanisasi masyarakat pedesaan yang menyerbu perkotaan untuk sekadar mencari lapangan kerja.

Didalamnya penting diperhatikan kebutuhan mendapatkan tempat tinggal, terutama rumah atau tanah, yang harganya semakin melangit.

''Sosok gubernur juga nantinya wajib memberikan perhatian atas lingkungan alam dan hak asasi manusia.'' tegasnya. (sumber)

fokus berita : #Dico Ganinduto #Gibran Rakabuming Raka