16 Juni 2023

Belajar Dari Jusuf Kalla di 2009, Demi Marwah Partai Golkar, Airlangga Hartarto Harus Maju Capres

Berita Golkar - Airlangga ungkap potensi lebih dari dua poros, dimana dirinya kini tengah dalam kebingungan terkait masa depan Golkar di Pilpres 2024.

Kini Golkar tengah jajaki komunikasi dengan berbagai parpol, namun kemungkinan dirinya hanya akan jadi cawapres di Pilpres 2024 jika dia tetap ingin merapat ke salah satu kubu. Jika ingin maju di Pilpres 2024, Airlangga perlu bangun poros baru, dimana ada beberapa partai lain yang masih bisa diajak berkoalisi.

Hal ini bisa mengulang kisah Jusuf Kalla? Pada Pilpres 2009 JK nekat maju melawan SBY JK singgung harga diri karena hanya diminta rekomendasi nama. Walaupun pada akhirnya mereka kalah telak dari pasangan SBY - Boediono dan Mega - Prabowo.

Baca Juga: Ace Hasan Sambut Gembira Putusan Sistem Pemilu Terbuka: Kekuatan Partai Golkar Ada Pada Caleg

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menegaskan bahwa poros ketiga dan keempat masih mungkin terwujud karena komunikasi masih cair. Terangnya, Golkar tengah membangun komunikasi dengan berbagai partai politik yang ada. "Maka alternatifnya kan bisa dua, bisa tiga, poros dji sam soe, bisa empat," ungkap Airlangga Hartarto, Ketum Golkar.

Jika benar-benar ingin maju di Pilpres 2024, Airlangga tampaknya perlu mengulang langkah Jusuf Kalla (JK) di Pilpres 2009. Saat itu JK mengaku nekat maju melawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meskipun mengetahui potensi kekalahan. JK menyinggung soal harga diri karena hanya diminta rekomendasi nama cawapres.

"Saya wapres, saya ketua umum, akhirnya timbul harga, Golkar partai terbesar mesti ada calonnya dong" ungkap JK saat itu.

Akankah penjajakan komunikasi dengan berbagai parpol bisa membawa Airlangga maju di Pilpres 2024 nanti? Disaat yang lain sudah menyaring nama cawapres, Golkar masih limbung dengan keputusan apakah merapat ke satu kubu atau bangun poros baru. (sumber)

 

fokus berita : #Airlangga Hartarto