01 Juni 2023

Pulang Dari China, Luhut Bawa Oleh-Oleh Spesial MOU Investasi Untuk RI

Berita Golkar - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan tim baru pulang dari China untuk menjemput investasi, salah satu tujuan utamanya adalah investasi kendaraan listrik. Ia bertemu dengan petinggi mobil listrik asal China, BYD. Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin yang ikut mendampingi Luhut pun mengungkapkan hasil pertemuannya.

"Dari China apakah sudah dapat manfaat? udah, Wuling udah ada, bisa lebih? ya itu tujuannya. Jadi kunjungan kita ke beberapa pabrikan otomotif disitu kita banyak diskusi jelaskan tentang potensi pasar RI, kedua keinginan pemerintah mendorong ini dan mereka sambut baik bahkan kita sudah rilis MoU dengan BYD, karena ada NDA (non disclosure agreement) saya cuma bisa bilang sampai disitu. Kita moving doing the right step," katanya dalam Media Brief di Jakarta, Rabu (31/5/23).

Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Republik Indonesia dengan Raksasa Mobil Listrik BYD di Shenzhen, Tiongkok, pada Kamis (25/05/2023). Adapun penandatanganan MoU itu bertujuan menjajaki potensi investasi, termasuk di bidang mobil listrik.

Baca Juga: Penerapan EUDR Diskriminasi Komoditas Sawit RI, Airlangga Hartarto Ajukan Protes Keras Ke Uni Eropa

Penandatanganan MoU dilaksanakan oleh Deputi Koordinator Bidang Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, dan General Manager BYD, Divisi Penjualan Mobil Asia Pasifik, Liu Xueliang. Selain Menko Luhut, Pimpinan dan CEO BYD, Wang Chuanfu, juga hadir untuk menyaksikan tonggak sejarah ini di kantor pusat BYD di kota Shenzhen, Tiongkok.

Selain China, Rachmat juga mengungkapkan tengah berusaha untuk menarik investor dari Amerika Serikat. Ia sempat bertemu dengan beberapa calon investor dan berupaya menarik untuk masuk ke dalam ekosistem kendaraan listrik RI, diantaranya di sisi hulu.

"Secara umum diskusi dengan US kita sampaikan ke mereka bahwa nikel di Indonesia, dan kita ingin hilirisasi. Jika mereka ngga itu, sebenernya mereka lebih panjang lagi supply chain dan biayanya akan lebih tinggi, intinya mereka rugi karena mereka butuh mineral dari Indonesia," sebut Rachmat. (sumber)

 

fokus berita : #Luhut Binsar Pandjaitan