Obituari Sarwono Kusumaatmadja
31 Mei 2023
Berita Golkar - Sosok Sarwono Kusumaatmadja yang wafat pada Jumat (26/05/2023) di Adventist Hospital, Penang, Malaysia telah membuka ingatan kita semua terhadap sejarah panjang perjalanan kehidupannya. Begitu banyak orang yang mengenal Sarwono Kusumaatmadja dan terkenang hal yang baik dari dirinya. Tak hanya bagi orang yang mengenalnya secara priabdi, tentu wafatnya tokoh bangsa ini telah memunculkan kehilangan luar biasa bagi nusa bangsa.
Rasa kehilangan yang juga mendalam turut tersemai pada keluarga besar Partai Golkar. Partai berlambang beringin yang pernah dijejaki oleh Sarwono Kusumaatmadja ini harus mengucapkan banyak terimakasih atas segala upaya, jerih payah serta jasa yang telah diberikannya untuk membesarkan partai ini.
Ya, Sarwono Kusumaatmadja dan Partai Golkar memang bagaikan tubuh dan jiwa, tak bisa dilepaskan meski hanya dalam satu untaian kata. Awal mula Almarhum Sarwono Kusumaatmadja bergabung di Golkar saat masa Orde Baru tak bisa dilepaskan dari tangan Jenderal Benny Moerdani. Prajurit kesayangan mantan Presiden Soeharto tersebut melihat bibit berkualitas dari diri Sarwono Kusumaatmadja hingga merekrutnya jadi kader Golkar.
Baca Juga: Achmad Taufan Soedirjo Yakin Hakim MK Bakal Putuskan Soal Sistem Pemilu Dengan Bijak
Dalam pandangan seorang Benny Moerdani, Sarwono adalah sosok anak muda yang cerdas dan idealis dalam memandang persoalan kebangsaan. Selain itu, meski cerdas, Benny Moerdani sangat menyenangi ketenangan diri seorang Sarwono Kusumaatmadja. Ketenangan inilah yang kelak sangat membantu seorang Sarwono Kusumaatmadja dalam mengambil keputusan di saat-saat kritis.
Pertimbangan Benny Moerdani merekrut Sarwono Kusumaatmadja ke dalam tubuh Golkar benar. Sarwono akhirnya duduk sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar di periode tahun 1971 sampai 1988. Seperjalanan waktu, dia dipercaya sebagai sekretaris fraksi. Sebagai sekretaris Fraksi Golkar DPR RI, Sarwono Kusumaatmadja memberikan sentuhan pada pernyataan-pernyataan Partai Golkar sehingga lebih menarik.
“Akhirnya kami jadi andalan, saya di umur 35 tahun jadi sekretaris fraksi. Orang-orang tua kan enggak menarik kalau bikin statement, kering gitu kan,” begitu ujar Sarwono seperti dimuat dalam Majalah Gatra.
Kiprah politik Sarwono Kusumaatmadja di Golkar terus menanjak, bahkan pada tahun 1983, ia berhasil mendobrak kultur militer yang ada di jajaran elit politik Golkar setelah dirinya dipercaya menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen). Jabatan ini spesial, karena dia adalah sekjen Golkar pertama dari kalangan sipil.
Baca Juga: Sarmuji Ingatkan Munculnya Bahaya Besar dan Polemik Publik Jika Ganti Sistem Pemilu 2024
Tentu tak mudah bagi Sarwono Kusumaatmadja mengemban amanah jabatan ini. Tetapi amanah jabatan kadung diberikan kepadanya. Adalah mantan Panglima TNI, M. Yusuf yang menginginkan Sarwono Kusumaatmadja duduk sebagai Sekjen Golkar. Perjalanan Sarwono Kusumaatmadja sebagai Sekjen Golkar tak mudah tentunya.
Untuk meletakkan orang di posisi strategis seperti Sekjen Golkar, militer perlu percaya sepenuhnya. Karenanya ditempatkanlah intelijen untuk memata-matai Sarwono Kusumaatmadja dan menghimpun informasi tentangnya. Semua hal dicatat, mulai dari silsilah keluarga, perkawanan, riwayat hidup, rekam pertemuan, sampai pernyataan di media massa pun jadi pertimbangan.
Setelah dirasa Sarwono Kusumaatmadja bersih, barulah rekomendasi diberikan oleh M. Yusuf kepada mantan Presiden Soeharto. Pemimpin Orde Baru itu mengamini maksud militer dan setuju jika Sarwono Kusumaatmadja jadi Sekjen Golkar periode 1983 sampai 1988.
Baca Juga: Rohidin Mersyah: Kaum Pria Penting Dapat Literasi, Cegah Kekerasan Pada Perempuan
Dalam posisi sebagai sekjen ini, Sarwono mencoba meminggirkan kekakuan organisasi di dalam tubuh Golkar yang laksana institusi politik semi militer. Ia memulai meletakan dasar manajemen organisasi modern pada Golkar, terkenal dengan istilah stelsel aktif atau “keanggotaan terbuka” dan berdasarkan “kesediaan atau kesukarelaan”.
Menurut pengakuan Sarwono, gagasan ini sebenarnya berasal dari Presiden Soeharto yang berpikir bahwa Golkar harus tetap bisa berkompetisi dengan partai lain meski dirinya sudah tidak menjadi presiden. Golkar harus bisa mandiri tidak boleh terus bersandar pada birokrasi dan tentara, sehingga perlu ada sistem kaderisasi yang mapan.
Karena itulah lahir gagasan untuk mengalihkan sistem keanggotaan Golkar dari “keanggotaan organisasi” menjadi keanggotaan perorangan. “Sistem ini dibuktikan pada 1999, ketika Golkar tidak bisa berkampanye tetap bisa meraih urutan kedua dan 2004 malah menjadi nomor satu. Itu Karena memang sudah dikondisikan untuk siap bersaing, lewat persaingan internal,” ujar dia dalam sebuah wawancara.
Baca Juga: Tokoh Demokrat dan PDIP Kabupaten Badung Gabung Partai Golkar
Setelah jabatannya sebagai Sekjen usai, Sarwono Kusumaatmadja mendapat kepercayaan dari mantan Presiden Soeharto untuk menduduki jabatan sebagai Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993), lalu dilanjutkan menduduki jabatan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998).
Pada era Reformasi, Sarwono sempat menduduki jabatan Menteri Eksplorasi Kelautan pada Kabinet Persatuan Nasional dari tahun 1999 sampai 2001. Setelahnya ia terpilih dalam pemilu legislatif 2004 sebagai anggota DPD RI dari DKI Jakarta pada tahun 2004. Pasca Reformasi, Sarwono Kusumaatmadja memang mencoba melepaskan diri dari bayang-bayang Golkar.
Tak ada alasan jelas mengapa sikap politiknya demikian berbeda dengan Golkar. Bahkan pada tahun 2007 Sarwono melamar sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta masa jabatan 2007–2012 melalui PDI Perjuangan, bukan dari Golkar. Ia menempati peringkat teratas dibandingkan enam bakal calon gubernur di partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu dengan nilai 96.
Baca Juga: Andi Rio Idris Padjalangi Sosialisasikan Kewenangan dan Hak Imunitas Anggota Dewan di Kulonprogo
Meski sudah mencicipi berbagai kursi kekuasaan dan berada di lingkar dalam istana saat Orde Baru berkuasa, bukan berarti Sarwono Kusumaatmadja bisa sekehendak hatinya mengeruk kekayaan untuk kepentingan pribadi.
Sarwono Kusumaatmadja adalah figur yang berintegritas tinggi. Dalam sebuah wawancara, Sarwono mengaku tidak memiliki rumah dan hanya memiliki satu unit mobil keluaran tahun 2006. Ia mengatakan tak melihat adanya kepentingan untuk memiliki banyak harta, termasuk rumah pribadi. “Saya melihat tidak ada perlunya memiliki banyak harta, termasuk rumah,” ujar dia.
Kiprah Sarwono di bidang lingkungan hidup tidak pernah memudar. Hingga akhir hayatnya Sarwono Kusumaatmadja adalah penasihat terpercaya untuk Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Ketua inisiatif Perubahan Iklim Indonesia.
Dia juga berkecimpung di dunia NGO dengan menjadi pengawas di Yayasan Konservasi Alam Nusantara, sebuah organisasi nirlaba berbasis ilmiah yang bertujuan mewujudkan keselarasan alam dan manusia melalui tata kelola sumber daya alam yang efektif.
Baca Juga: Gandeng Kementan, Alien Mus Gelar Bimtek Peningkatan Kapasitas Petani di Kepulauan Sanana
Bagi generasi muda Partai Golkar dewasa ini, sosok Sarwono Kusumaatmadja adalah figur sempurna yang pantas dijadikan contoh dan inspirasi. Sulit menemukan orang berintegritas seperti Sarwono Kusumaatmadja di era politik modern. Selain integritas, kapabilitas intelektual Sarwono tentu tak perlu diragukan lagi. Sekarang pria tinggi kurus itu telah pergi meninggalkan kita semua. Satu yang tertinggal di sini, nama harum Sarwono Kusumaatmadja. {redaksi}
fokus berita : #Sarwono Kusumaatmadja