Partai Golkar NTT Makin Prospektif Kian Melkias Mekeng dan Melki Laka Lena
21 Maret 2023
Berita Golkar - Catatan ringan ini adalah refleksi atas pengalaman pribadi ketika penulis mencoba memotret Partai Golongan Karya di Nusa Tenggara Timur (Golkar NTT) dari satu jarak tertentu di ibu kota, setelah menyelesaikan Executive Education Program for Young Political Leaders – batch 11 (YPL 11) di Golkar Institute, DPP Golkar, Jakarta, 13-18 Maret 2023.
Setiap kali memperkenalkan diri sebagai perwakilan dari Golkar NTT, para pembicara dan narasumber selalu menyebutkan dua nama anggota DPR RI dari Golkar NTT, Melchias Markus Mekeng (Dapil NTT 1) dan Emanuel Melkiades Laka Lena (Dapil NTT 2, Ketua Golkar NTT). Keduanya dikenal di DPP Golkar sebagai duo Melki dari NTT.
Beberapa tokoh senior Golkar yang menjadi pembicara di YPL 11 menyebut Melki Mekeng sebagai seorang politisi yang membuat jarak Kupang dan Larantuka dengan Jakarta menjadi pendek dalam kebijakan dan politik. Melki Mekeng adalah politisi NTT yang memahami berbagai matra penting secara detail, yakni ekonomi, ekonomi-politik, politik dan hukum. Pengalaman politiknya yang telah lama menjadikan Melki Mekeng sebagai salah satu tokoh di DPP Golkar. Posisinya sebagai wakil ketua umum Golkar adalah kebanggaan bagi kita dari NTT.
Baca Juga: Airlangga Hartarto Pastikan Partai Golkar Menghormati Profesi Para Guru
Sementara itu, Melki Laka Lena di mata beberapa politisi di DPP Golkar dikenal karena kepiawaiannya sebagai politisi yang teruji selama pandemi covid-19. Latar belakang studinya dari ilmu kesehatan, khususnya farmasi, telah membuat dirinya begitu mencolok dalam kesigapan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan langsung dengan infrastruktur kesehatan dan pasokan obat-obatan di negeri ini. Melki Laka Lena dinilai tepat berada di posisi Wakil Ketua Komisi IX yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan dan kependudukan.
Di bawah ini, penulis hanya akan berkisah tentang pengalaman yang serba singkat dengan kedua politisi Golkar NTT yang telah disebutkan di atas. Tentu saja, di sana-sini akan ditemukan banyaknya kesan subjektif dan terlampau kurang referensinya, karena ditulis hanya dengan ingatan penulis yang relatif sangat pendek.
Melki Mekeng: Politisi Tahu Kapan Berdiri dan Kapan Tiarap
Saya telah mendengar lama nama Melki Mekeng saat menjadi reporter di Investor Daily pada 2012-2015. Saat meliput di Bursa Efek Indonesia (BEI), saya suka mewawancarai Ketua Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Airlangga Hartarto, yang kemudian menjadi Ketua Umum Golkar. Airlangga beberapa kali menyebut nama Melki Mekeng. “Gus, Melki Mekeng itu orang NTT yang hebat. Kamu harus kenal dia,” kata Airlangga.
Karena saat itu saya belum berminat pada politik, saya merasa bahwa ajakan Airlangga tersebut adalah hal yang biasa. Sampai suatu saat, saya diajak teman dari Globe Asia untuk suatu wawancara eksklusif dengan Airlangga, yang kemudian menobatkan Airlangga Hartarto sebagai Man of the Year 2018 versi Globe Asia. Saya masih ingat judulnya Leading Golkar’s Transformation, Bridging Party Factionalism.
Saya kemudian punya ide memotret cover Globe Asia itu dan mengirimkannya kepada Melki Mekeng. Saya rasa, itulah awal mula kami kemudian berkomunikasi lancar. Sebelumnya memang saya telah mengenal beliau, namun tidak punya alasan untuk menyita banyak waktu dan perhatiannya. Jangan ganggu politisi dengan hal-hal yang tidak penting, itu prinsip saya.
Baca Juga: Harga Beras Naik Jelang Ramadhan, Firman Soebagyo: Operasi Pasar Bulog Tak Efektif!
Saya kemudian diminta menjadi produser acara televisi di BeritasatuTV yang mengangkat tema-tema terhangat dan relevan dalam kebijakan ekonomi: Hot Economy. Acara ini digarap agak serius dengan pembicara-pembicara yang otoritatif di bidangnya. Para ekonom dari Universitas Indonesia (UI) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI (kini BRIN) selalu menjadi narasumber utama. Para ahli ekonomi ini kemudian dipasang dengan para pengambil kebijakan publik dan politisi.
Saya sering sekali mengundang Melki Mekeng. Kesan saya (bisa salah!), Melki senang karena acaranya dikemas bagus sebagai suatu talk-show yang berisi dan berimbang. Tentu saja, kehadiran Melki Mekeng di studio juga menjadi point positif bagi saya. Seorang jurnalis dalam banyak hal dihargai karena kemampuannya menghadirkan narasumber terbaik: narasumber 24 karat.
Ada satu pengalaman menarik. Suatu kali guest-booker kami mengundang Pak Melki. Rupanya karena jadwal padat, beliau belum sempat merespons. Saya memberanikan diri menelpon beliau. “Gusti, ade, saya lagi rapat. Nanti ya,” jawab beliau singkat.
Baca Juga: Ahmad Doli Kurnia Minta Pengurus DPD II Partai Golkar Langkat Teruskan Tradisi Kemenangan
“Baik Wue, tema ini kalau bukan Wue yang omong tidak bagus,” saya kemudian mengirimkan pesan ini ke Pak Melki. Kalau bertemu di studio, kami jarang sekali omong politik praktis. Kami omong tentang ekonomi, kurs mata uang rupiah, sesekali pasar saham, dan juga tentang NTT dan Flores. Bahkan, suatu ketika kami omong tentang doa.
“Gusti, kita ini kuat hanya dengan doa. Berdoa rosario di mana dan kapan pun,” kata Pak Melki sambil memperlihatkan rosarionya. Saya agak terkesan, bagaimanapun yang eks-seminari kan saya.
Beberapa waktu lalu, saya diundang keluarga besar Maumere Jakarta Raya (KBM Jaya) menjadi moderator untuk seminar tentang Frans Seda. Melki Mekeng sebagai pembicara di sesi pertama tampil dengan sangat bagus memperlihatkan hubungan ekonomi, ekonomi politik, relasi agama dan negara, posisi NTT di mata politik nasional hingga nasihat Frans Seda yang selalu diingatnya.
Baca Juga: Nurul Arifin Gantikan Maman Abdurrahman Pimpin Pansus RUU Landas Kontinen
“Dari Frans Seda, saya ingat satu pernyataannya saat kami bertemu: Melki, menjadi politisi harus jadi pribadi yang tahu kapan berdiri tegak dan kapan harus menunduk dan bahkan tiarap. Lincah memperhatikan situasi dan kondisi adalah keharusan,” ungkap Melki Mekeng.
Setelah sesi pertama, di sela-sela makan siang saya menyampaikan niat masuk Golkar kepada Pak Melki Mekeng. Nasihat beliau jelas, “Gusti, dalam politik kita harus mau mulai dari yang paling bawah. Saya memulai karir politik dari bawah sekali, lalu menjadi Ketua DPD Golkar Sikka dan menjadi seperti sekarang.” Siap, Wue.
Melki Laka Lena: Kritik adalah Vitamin
Dalam sebuah WhatsApp Group (WAG), pada 2019 yang lalu, orang-orang mengucapkan selamat, proficiat dan congrats kepada Melki Laka Lena atas terpilihnya beliau sebagai anggota DPR RI dari dapil NTT 2. Saya agak telat mengucapkan selamat kepada Ka’e Melki Laka Lena. “Halo Ka’e ganteng, selamat yah. Izin nanti kami akan lebih rajin kritik,” tulis saya di WAG tersebut.
“Mantap Aji. Kritik adalah vitamin,” jawab Melki Laka Lena tidak butuh waktu lama. Saya tahu nama Melki Laka Lena dan mengenal beliau sudah lama. Sejak remaja saya suka dengar cerita tentang pergerakan politik beliau saat masih di PMKRI dan seterusnya. Beberapa kali saya meminta bantuan beliau untuk urusan pribadi dan organisasi.
Apa yang menarik dari Melki Laka Lena? Kemampuan dan kelincahannya dalam komunikasi politik. Melki Laka Lena bisa masuk ke semua elemen dan komponen masyarakat politik: lintas-generasi, lintas-budaya, lintas-agama, dan berbagai klasifikasi kelompok lainnya. Melki tidak asal masuk, tetapi dengan solusi yang dibawanya yang biasanya akan menenangkan semua pihak.
Baca Juga: 25 Bacaleg DPR RI Partai Golkar Dapil Lampung Terima Arahan Airlangga Hartarto
Beberapa teman seangkatannya menyebut Melki Laka Lena sebagai tukang lobi yang unggul (the lobbyist), politisi sejati dan penemu jalan keluar di tengah kebuntuan. Beberapa saat ini, saya juga punya kesan tambahan tentang Melki Laka Lena. Selain kelincahannya dalam komunikasi politik, Melki mempunyai wibawa politik yang besar dan memiliki visi yang hebat untuk Golkar NTT. Hal itu terlihat sekali saat memimpin rapat internal Golkar NTT yang rutin digelar.
Visi Melki Laka Lena tentang Golkar NTT sejalan dengan visi Golkar Indonesia. Kemarin, sehari setelah konsolidasi dengan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di DPP Golkar, Melki Laka Lena langsung menggelar rapat virtual yang intinya mengkomunikasikan pesan-pesan utama Ketua Umum kepada insan Golkar di NTT.
Masa Depan Golkar NTT adalah Tanggung Jawab Kita Semua
Sejak dari awal, saya membuat catatan ini hanya sebagai salah satu cara memotret Golkar NTT. Golkar NTT yang sejalan dengan Golkar Indonesia harus menjadi partai yang bisa menyeimbangkan gagasan dan karya, ide dan kerja, aksi dan refleksi ilmiah.
Dari dua contoh politisi Golkar NTT di Senayan, kita tahu bahwa Golkar NTT memiliki prospek yang sangat bagus di masa depan. Melki Mekeng adalah bukti bahwa kita orang NTT bisa mengambil bagian yang sangat besar dalam politik nasional, terutama pada bidang-bidang strategis seperti ekonomi dan pembangunan.
Dalam satu satu kesaksian dari seorang jurnalis senior Tony Kleden di media ini, kita tahu bahwa Melki Mekeng telah membawa banyak perubahan melalui pembangunan di berbagai bidang di Flores bagian timur. Ada banyak hal yang telah dilakukan Melki Mekeng yang perlu diteruskan.
Baca Juga: Airlangga Hartarto: Kebijakan Satu Peta Jadi Jalan Keluar Tumpang Tindih Pemanfaatan Ruang
Teranyar adalah program bedah rumah yang tentu saja langsung mengena pada masyarakat yang membutuhkan. Kiranya benar kata seorang tokoh senior Golkar di atas: Melki Mekeng telah melipat jarak Kupang, Larantuka dan Jakarta.
Begitu juga Melki Laka Lena dengan kepemimpinannya telah menarik perhatian banyak anak muda NTT untuk masuk Golkar. Gaya komunikasi politiknya yang atraktif membuka masa depan Golkar NTT menjadi makin prospektif. Semangat dan atmosfer positif ini harus berlanjut.
Pada akhirnya, tugas kita semua sebagai insan Golkar NTT adalah memastikan Golkar menang rangkap 3 (tiga) di bumi NTT: Menang di pileg. Menang di pilpres. Menang di pilkada. (sumber)
Oleh: Agustinus Tetiro
alumnus Golkar Institute
fokus berita : #Partai Golkar NTT