Sahat Simanjuntak Minta Publik Tidak Gaduh Sikapi Tragedi Kanjuruhan
07 Oktober 2022
Berita Golkar - Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua Simanjuntak meminta masyarakat agar berpikir tenang dan tidak menimbulkan kegaduhan sehingga menambah runyam dan muncul persepsi yang tidak-tidak tentang Tragedi Kanjuruhan. Dia meminta masyarakat memberikan kesempatan kepada Bareskrim Polri dan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut itu.
“Agar ini menjadi terang-benderang dan jelas apa yang sebenarnya menjadi penyebab hingga ada korban. Kita tunggu saja hasil kerja tim gabungan pencari fakta yang dipimpin Bapak Menkopolhukam bersama Bapak Menpora ZA,” kata Sahat dalam keterangannya diterima pada Kamis, 6 Oktober 2022.
Legislator dari Partai Golkar itu mengapresiasi langkah cepat pemerintah dalam menangani Tragedi Kanjuruhan, baik penanganan korban maupun pengusutan untuk mencari tahu penyebab dan menemukan siapa saja yang harus bertanggungjawab dalam peristiwa memilukan tersebut.
Baca Juga: Bamsoet Dapat Dukungan Parlemen Turki Membentuk Forum MPR Dunia
“Sebagai Pimpinan DPRD Jatim kami mengapresiasi Pemerintah yang dengan cepat dan tepat turun menangani korban sebagai tanggung jawab pemerintah dalam mengurai dan sekaligus memberi bantuan yang diharapkan," tandas Sahat.
“Saya mengajak semua elemen untuk tidak saling menyalahkan siapa pun terkait kasus kerusuhan Malang, ini musibah. Mari kita mendoakan para korban yg meninggal semoga Husnul khotimah Dan korban yg masih dirawat bisa segera sembuh,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Sahat, pemerintah sudah membuktikan kinerja yang tegas menyikapi tragedi yang menjadi isu internasional itu. Terlihat dengan tindakan Kapolri yang telah memutasi Kapolres Malang serta Kapolda Jatim yang menonaktifkan sembilan perwira Brimob.
Tidak hanya itu, pemerintah juga telah melakukan upaya penguatan moril pada keluarga korban meninggal maupun yang masih sakit di RSUD berupa santunan dan bantuan lainnya. “Saya berharap tragedi ini menjadi pembelajaran buat kita semua,” ucap Sahat.
Baca Juga: Terima Parlemen Ukraina, Bamsoet Upayakan Perdamaian Rusia Dengan Ukraina
Tragedi Kanjuruhan bermula ketika Arema FC kalah dari Persebaya Surabaya dengan skor 3-2 dalam laga derby Jatim di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022. Beberapa saat setelah pertandingan berakhir, sebagian suporter Arema FC turun dari tribun dan masuk ke lapangan, meluapkan kekecewaan dengan mengejar pemain dan tim Persebaya maupun Arema FC.
Polisi yang berjaga berupaya menghalau dan mengadang massa suporter namun kewalahan. Hingga akhirnya aparat menembakkan gas air mata ke tengah-tengah massa agar pergerakan suporter terpecah dan bubar.
Akibatnya, massa kabur dan menumpuk di beberapa titik. Karena menumpuk, banyak yang pingsan dan lemas, lalu terjatuh hingga terinjak-injak. Korban pun berjatuhan. Berdasarkan data terbaru yang dirilis Pemprov Jatim, total korban peristiwa Tragedi Kanjuruhan sebanyak 574 orang.
Rinciannya, 131 orang meninggal dunia, 420 orang luka ringan dan 23 orang luka berat. Dari semua korban, tersisa 66 korban yang masih dirawat di beberapa rumah sakit di Malang. Kapolri sudah mengumumkan ada enam tersangka ditetapkan penyidik dalam kasus tersebut.
Baca Juga: Bamsoet Dapat Dukungan Parlemen Turki Membentuk Forum MPR Dunia
Keenam tersangka itu ialah Dirut LIB berinisial AHL, ketua panpel pertandingan berinisial H, security officer berinisial SS, Kabag Ops Polres Malang berinisial WSS, Deputi 3 Brimob Polda Jatim berinisial H, dan Kepala Sat Samapta Polres Malang berinisial DSA. (sumber)
fokus berita :